Kanvas Kosong
Setiap bayi manusia terlahir dengan menggenggam pena dan kanvas kosong di tangannya.
Seiring berjalannya waktu, kanvas kosong itupun terisi garis guratan pena yang kian lama memenuhi tiap cela putih kosongnya.
Kanvas tiap manusia berbeda-beda, tak ada yang serupa.
Begitupun dengan fulan dan fulana
Hingga pada waktunya, kanvas itu pun harus di tunjukkan kepada Sang Maha Pencipta.
Sang Pencipta bertanya kepada fulana.
"Apakah yang telah kau tulis dalam kanvas kosong mu?"
Fulana menjawab.
"Aku hanya mencorat-coretnya dengan garis-garis tak berguna, tiada makna."
Fulana berjalan menghampiri Sang Pencipta sambil menyerahkan kanvas yang penuh coret-coretan hitam di dalamnya.
Sang Maha pencipta murka, Ia pun mengabaikan fulanah.
"Lalu bagaimana dengan mu fulan?"
Kini Sang Pencipta bertanya kepada fulan.
Fulan menjawab
"Aku mengisi kanvas kosongku dengan garis-garis kebaikan dan warna yang indah, karena aku tau kelak aku akan berjumpa dan menunjukkan ini kepadaMu."
Fulan menyerahkan kanvas kosong yang kini telah berubah menjadi lukisan yang teramat indah.
Sang penciptapun menerima kanvas itu ke dalam keridhoanNya...
Fulan dan Fulanahpun berlalu, melalui 2 pintu yang berbeda...
Entah kemana..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tak sadar, ternyata kini giliran ku!!!
Giliran ku menunjukkan kanvas kosong itu.
Sang Pencipta bertanya
"Apa yang kau lukiskan di dalam kanvas kosong mu?"
Tubuhku gemetar menggenggam kanvas ku yang penuh warna, gelap dan terang, merah hitam putih dan jingga.
Namun nampaknya lebih banyak warna gelap didalamnya.
Aku melangkah perlahan, mendekati Sang Pencipta mengulurkan kanvas ku seraya bertanya-tanya.
Akankah Sang Pencipta menyukai isi kanvas ku?
Akan mengikuti jejak siapakah aku?
Fulan atau fulanah?
..........................
0 comments:
Post a Comment